Media sosial menjadi bagian dari keseharian hidup kita saat ini. Entah berapa jam sehari seseorang menggunakan media sosial. Siapa pun bisa mempunyai platform media sosial tertentu, tanpa dibatasi oleh usia dan latar belakang tertentu.
Seorang ibu berkisah mengenai alasannya dia membuka halaman Facebook. Menurutnya, lewat FB dia bisa bertemu dan berkomunikasi dengan keluarganya yang tinggal di luar negeri. Tanpa media sosial, dia kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka.
Meski awalnya agak sulit baginya yang sudah berusia kepala lima untuk mengakrabi diri dengan media sosial, toh dia tidak pantang menyerah. Pada akhirnya dia merasakan dampak langsung dari media sosial yang dimilikinya. Komunikasi dengan anggota keluarganya menjadi gampang.
Dalam satu keluarga, semua anggota keluarga mempunyai halaman media sosial tertentu. Jadi media sosial bukan hanya wilayah pergaulan kaum milenial, tetapi hal itu bisa menjadi wilayah pergaulan setiap orang.
Tak dipungkiri media sosial mempunyai peran tertentu bagi relasi dalam keluarga. Anak-anak yang tinggal berjauhan bisa menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan orangtua. Begitu pun orangtua bisa memanfaatkan medsos untuk melepaskan kerinduan mereka kepada anak.
Lebih jauh, orangtua bisa memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk melihat perkembangan anak mereka terutama dalam penggunaan medsos.
Walaupun apa yang ditunjukkan di media sosial itu tidak menjadi referensi utama menilai kepribadian anak-anak, tetapi paling tidak orangtua mempunyai pengetahuan bagaimana anak-anak menggunakan medsos.
Hemat saya, orangtua bisa belajar dari halaman media sosial anak. Postingan anak-anak bisa membahasakan tentang kepribadian mereka.
Saya pernah melihat seorang ibu yang menanyakan tentang persoalan anaknya bertolak dari postingan anaknya di media sosial. Setelah ditanyakan, anaknya memberikan klarifikasi tentang makna di balik postingannya itu.
Dengan melihat dan memperhatikan postingan seorang anak, orangtua bisa mengetahui apa yang terjadi dan dialami. Bahkan kalau postingan itu sudah berada di luar koridor yang tidak pantas untuk diposting, orangtua bisa menjadikan hal itu untuk mengoreksi dan mengevaluasi sang anak.
Memiliki media sosial bagi orangtua sangatlah penting. Terlebih lagi begitu banyak anak yang menghabiskan banyak waktu mereka di media sosial. Postingan mereka bisa menjadi bahan untuk menilai dan mengevaluasi perilaku dan cara pandang mereka.
Di balik itu orangtua juga mesti sensitif dengan pola kontrol bermedsos sang anak. Pola kontrol yang salah bisa menyebabkan anak-anak tidak mau berteman dengan orangtua di medsos.
Hal ini bisa terjadi karena anak-anak tidak mau dikontrol secara berlebihan atau orangtua begitu protektif. Segala postingan mesti dipertanyakan dan dinilai padahal apa yang diposting belum tentu menjerumuskan.
Terlebih lagi kalau pola kontrol itu langsung dimainkan di medsos. Jadinya bukan hanya anak yang membaca, tetapi nasihat dan kata-kata orangtua dibaca oleh orang lain. Ujung-ujungnya anak tidak menjadi nyaman dan kemudian membuat account baru.
Salah satu teman bercerita tentang anak dari saudaranya. Anak dari saudaranya itu nekad memutus pertemanan dengan ibunya di salah satu platform medsos karena ibunya yang terlalu peduli dengan postingannya. Setiap postingan selalu dikomentari dan dinilai. Jadinya si anak tidak nyaman saat bermedsos. Memang terjadi penilaian dari berbagai sudut pandang, tapi yang paling utama adalah kita melihat dari sudut pandang agama. Dimana orangtua wajib mengawasi segala bentuk aktivitas anak, khususnya aktivitas anak yang bisa membuat anak jauh dari agama.
Seharusnya apa yang terjadi di medsos juga harus didiskusikan di luar halaman medsos. Mencampuri secara langsung urusan anak di medsos memang kewajiban orangtua, tapi ciptakan suasana yang nyaman saat ingin memperingatkan anak terkait kesalahan anak dalam menggunakan fasilitas media sosialnya.
Oleh sebab itu, orangtua wajib mempelajari bagaimana sepak terjang anak dari medsos mereka. Berteman dengan mereka di medsos dengan tujuan penjagaan terhadap anak mereka dari hal-hal yang bisa merusak kepribadian atau agama si anak sangatlah penting dizaman sekarang ini.