JALAN WARA PARA SALAF SHOLEH

Sikap Wara adalah menjauhkan dari hal hal yang tidak bermanfaat bagi dirimu. Para ulama juga mengatakan ,jikalau engkau mampu mengucapkan hal yang baik, maka ucapkanlah hal itu dan berikan nasehat yang baik.Namun jika tidak mampu, maka diamlah.

#Pengertian wara’

Pengertian wara’ secara bahasa adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal- hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut para sufi wara’ menghindari segala yang tidak jelas antara halal dan haram. Menurut Ibrahim bin Adham berkata wara’ adalah adalah meninggalkan setiap perkara syubhat (yang masih samar), termasuk pula meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud adalah meninggalkan perkara mubah yang berlebihan.”

Secara khusus kalimat wara lebih kepada perkara makanan,minuman, harta dan pakaian. Kenapa demikian sebab sekalipun seseorang memilki ilmu dan dia menjalankan ilmu yang dipelajari ,dan dia memiliki harapan yang besar kepada Alloh swt, serta rasa takut kepada Alloh. Itu masih belum cukup jika ia tidak peduli terhadap apa yang masuk ke dalam perutnya, jika ia tidak peduli dengan harta yang ia kumpulkan dan ia tidak peduli dengan perkara yang halal, haram dan syuhbat.

Dan dalam hal ini, Nabi Saw bersabda:

“Sesungguhnya yang halal dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya banyak hal-hal syubhat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga diri dari hal-hal yang syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya.

#Sikap Wara yang kian langka

Sikap wara dalam kehidupan sehari hari kini kian langka, bahkan mereka cenderung menggampangkan sifat mulia ini , akibatnya takj sedikit dari kita dikalangan muslim terjerumus dalam perbuatan perbuatan yang tidak disukai Allah SWT.

Dalam mencari rezeki, misalnya, tanpa sikap ini kita sering kali terjerembab dalam riba, dusta, menipu, syahwat dunia, dan perbuatan tercela lainnya. Parahnya, perbuatan tersebut dilakukan tanpa merasa berdosa dengan dalih hanya untuk memenuhi kebutuhan keduniawian. Melihat kondisi tersebut pentingnya sikapa wara harus diaplikasikan/ diwujudkan dalam kehidupan sehari hari kita sebagai muslim agar bersih dari sifat tercela

Terkadang kita sering terjebak dalam sistem kerja yang di sekitar kita terdapat perilaku orang yang tidak mempedulikan ajaran-ajaran agama sehingga mereka tidak berjalan sesuai dengan aturan-aturan agama melainkan sesuai kepentingan dan ambisi hawa nafsunya sehingga dalam menghasilkan pendapatan atau honor seringkali menyalahi aturan yang berlaku. Bahkan tidak menafikan juga kitaseringkali diberi jatah tersebut sebagai bentuk kesetiakawanan atau pemerataan. (ntuk mensikapi perilaku yang demikian, kita seharusnya berani menolak dan apabila hasil kerja kita masih belummencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup, maka kita dapat mencari tambahan penghasilan melalui kerja yang lebih halal .

Dalam kitab Shahih Bukhari dari Aisyah RA diriwayatkan bahwa Sayyidina Abu Bakar Ra juga pernah memuntahkan makanan yang diberikan oleh pembantunya. Hal tersebut dilakukan setelah pembantunya memberitahu bahwa makanan tersebut berasal dari upah yang didapatkannya dari hasil meramal seseorang ketika jaman Jahiliyah. Sikap wara seperti yang dilakukan Sayyidina Abu Bakar Ra, tersebut dapat menjadi contoh bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat memiliki hati yang bersih dan bertemu dengan Tuhan dalam keadaan yang bersih pula

#Diantara tanda tanda orang yang memiliki sifat wara.

  • Memelihara lisan, tidak sampai ghibah atau menggunjing, Tidak buruk sangka,dan tidak menghina/meremdahkan orang lain. Dalam surat Al Hujarat Alloh SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ 
الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Dalam hadits Nabi saw. dijelaskan yang artinya, “Hati-hatilah kamu dari prasangka buruk, karena hal itu adalah perkataan paling bohong.

  • Memelihara pandangan mata dari yang haram. Firman Allah swt. dalam surah Nur ayat 30 yang artinya, “Katakanlah, ada orang-orang mukmin agar memejamkan pandangan matanya dari yang haram.” Berbicara benar. Firman Allah swt. dalam surah al-An’am ayat 152 yang artinya, “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil.
  • Mengingat nikmat Allah swt. yang telah diberikan kepadanya agar tidak sombong. Firman Allah swt. dalam surah al-Hujurat ayat 17 yang artinya, “Bahkan Allah-lah yang memberi karunia kepadamu ketika kau diberi petunjuk, sehingga kau beriman. Jika kau benar-benar beriman.
  • Menggunakan hartanya dalam jalan kebenaran, bukan pada kebatilan. Firman Allah swt. dalam surah al-Furqan ayat 67 yang artinya, “Orang-orang yang membelanjakan hartanya tiada berlebihan dan tiada kikir, mereka tengah-tengah (berlaku sedang) dalam hal itu.

#Manfaat kita memiliki sifat wara

Rasulullah Saw juga  bersabda : “Sebagian dari kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi) Makna hadits ini mencakup setiap yang tidak bermanfaat dari ucapan, penglihatan, pendengaran, tangan, berjalan, berpikir dan seluruh gerak yang tampak ataupun yang tidak (batin). Hadits ini telah mencakup semua makna yang terkandung dalam lafal wara’

Manfaat dari sifat wara adalah :

  1. Pikiran menjadi tenang dan hati menjadi tentram.
  2. Menahan diri dari hal yang dilarang.
  3. Tidak menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
  4. Mendatangkan cinta Allah karena Allah mencintai orang-orang yang wara’.
  5. Membuat doa dikabulkan, karena manusia jika mensucikan makanan, minuman dan bersikap wara’, lalu mengangkat kedua tangan nya untuk berdoa, maka doa nya akan segera dikabulkan.
  6. Mendapatkan keridhaan Allah dan bertambahnya kebaikan.

Dan di antara hasil yang nampak bagi sikap wara’ bahwa ia memelihara pelakunya dari terjerumus (dalam hal yang dilarang), karena itulah engkau menemukan: Barangsiapa yang melakukan yang dilarang, ia menjadi gelap hati karena tidak ada cahaya wara’, maka ia terjerumus dalam hal yang haram, kendati ia tidak memilih untuk terjerumus padanya.

Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar ra dan’Aisyah ra berkata tentang Zainab ra, di mana ia menjaga pendengaran dan penglihatannya dari terjerumus dalam perkara yang ia tidak mengetahui: ‘Maka Allah  menjaganya dengan sifat wara’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.